ISTIQOMAH - PROFESIONAL - AMANAH

TUGAS MULIA POLISI


AKTUALISASI TUGAS KEPOLISIAN DLM KONTEK DAKWAH

Oleh: Komisaris Polisi Drs. Taufik Rohman, SH.MH.*)

“Manusia dipandang sebagai mahluk yang memilki derajat tertinggi, karena disamping diberi kemampuan berfikir, ia juga dibekali kemampuan merasa, dan dihiasi dengan keinginan-keinginan” (Prof. DR. H. Fuad Hasan)

1.Tugas Polisi Adalah Amanah Bagi Kehidupan Mulia

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan (menawarkan) amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung (artinya mahluk Allah selain manusia) maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan bodoh. (AL-AHZAB: 72)

Karena manusia bersedia memikul amanah,.. maka ALLAH memberi POTENSI, untuk mewujudkan amanah itu. Fuad Hasan secara sederhana menyatakan bahwa Potensi itu adalah Akal, Nafsu dan Hati. Sedangkan Darwis Hude menjelaskan bahwa potensi itu adalah Al-ghorizah (insting), Al-Hawas (indera), Al-Aql (akal), dan Al-Qolb (hati). Dengan bekal potensi itulah manusia dituntut/ diperintahkan beriman kepada Allah, berani menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran, menyebarkan salam (keselamatan), menolong kepada sesamanya dan menjauhi segala larangannya. ALLAH bukan hanya memberi perintah tetapi juga memberikan petunjuk dan model contohnya bagi manusia dalam mengemban amanah itu, yaitu Alquran dan Rusulullah Muhammad. Alquran dan Keteladanan Rasulullah ini adalah nilai-nilai (value), yang harus selalu menginspirasi kreasi dan aktivitas manusia. Itulah sebabnya, maka sangat sentral sekali dalam pemikiran islam tentang KEBEBASAN BERIJTIHAD dan BERIKHTIAR, tetapi tetap dengan penuh tawakal kepada Allah SWT.

Jadi cara seseorang mewujudkan diri adalah hasil dari pemahaman dan pilihannya sendiri terhadap nilai-nilai yang dihayati dan diyakini. Maka dalam kalangan filsafat, aktualisasi diri tersebut dikenal dengan premis, “Dialah Manusia Pencipta Dirinya Sendiri”.

Maka apa yang disebut sebagai AKTUALISASI DIRI adalah tugas manusia untuk memberi isi pada potensinya sebagai kholifah di bumi; apakah ia akan mencapai derajat “AHSANI TAKWIM”, yaitu sungguh-sungguh menjadi polisi yang menegakkan hukum dan keadilan dengan sebebar-benarnya, serta menjadi pelayan dan pelindung yang dipercaya masyarakat, dan tentu dengan kesiapan mengahadapi segala resikonya. Ataukah ia akan terperosok pada status “ASFALA SAFILIN”, ” yaitu seburuk-buruknya mahluk (bahkan lebih buruk dari binatang), karena ia memiliki kekuasaan dan kewenangan tetapi justru menciptakan ketidakadilan, mempermainkan kaidah hukum dan kebenaran untuk keuntungan diri sendiri, perilakunya menciptakan keresahan, memeras, menindas dan menyakiti hati masyarakat.

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun. (AL-ANFAAL:22)

Kenapa ALLAH sangat demikian “kasarnya” menggambarkan perilaku buruk manusia??... Jawabnya adalah Karena manusia telah diberi Potensi oleh Allah yaitu; akal, hati, dan keinginan-keinginan, tetapi bukan untuk menegakkan keadilan dan menolong sesamanya, tetapi justru untuk menghisap/memakan dan menghancurkan sesamanya. Harimau atau singa sekalipun tak akan memakan anaknya meskipun nyaris mati kelaparan, tetapi kita banyak melihat manusia yang secara materi cukup dan berlebih, justru masih memeras mereka yang miskin yang justru harus kita tolong, memperdaya kaum lemah dan bodoh yang justru harus kita bimbing dan kita sayangi, bahkan kita lebih bangga bersekutu dengan kalangan hartawan dari pada berteman dengan santri, kaum miskin, dan masyarakat biasa. Sungguh ironi… !!!

ADALAH KEBEBASAN MANUSIA, menciptakan nasib dan citra dirinya sendiri. Siapa dirinya sesungguhnya bukanlah seperti yang ia katakan tentang siapa dirinya, tetapi dia adalah “seorang” yang orang kebanyakan katakan tentang siapa dirinya karena perilaku dan tutur bahasanya.

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (AN-NAJM: 39)

إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Sesungguhnya Allah tidak berbuat lalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat lalim kepada diri mereka sendiri (menyengsarakan dirinya sendiri). (YUNUS: 44)

Merenungi makna terdalam dari kata “kebebasan”, dikaitkan dengan “pertanggungjawaban” atas pilihan-pilihannya, maka hakekatnya kebebasan itu bukan terletak pada lepasnya dia dari nilai-nilai, tetapi adalah keberhasilannya atas pengendalian dorongan-dorongan (nafsu ) untuk melanggar nilai-nilai itu.

Ketika kemudian manusia berupaya dengan tetap teguh dan konsisten menghadapi besarnya “godaan mengkhinati amanah” dengan menyadari segala resikonya, maka pada tahap inilah manusia menaiki tahap “pasrah atau ikhlas” atau “tawakal”. Oleh karena itu bagi orang yang beriman, Tawakal adalah maqom yang nikmat dan ibarat suaka yang menentramkan. Kepasrahan dan keiklasannya bukan akhir dari sebuah perjuangan yang gagal, tetapi merupakan titik start atau titik awal dari suatu upaya menegakkan amanah yang disadari semata-mata tumbuh karena ALLAH, dan tunduk kepada kehendak ALLAH.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (AR-RAD: 28)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Ahsani Takwim), Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (Asfala safilin) (yaitu neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (AT-TIN: 5-6).

2.Menjadi Polisi Adalah Suatu Potensi Menjadi Umat yang Terbaik:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…. (ALI IMRON: 110)

Cobalah cermati ayat tersebut dan korelasikan dengan tugas KEPOLISIAN..!! Sungguh kita telah diberikan lahan untuk menyemai benih, dan kita boleh berharap untuk memetik hasilnya yaitu status sebagai “umat terbaik”. Masalahnya adalah, maukah kita menggunakan peluang ini untuk meraih status itu ??

3.Syarat Menjadi Umat Terbaik, Maka (POLISI) Harus Menjadi Penegak Keadilan dan Kebenaran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan (AN-NISA: 135)

4.Dalam Melaksanakan Tugas Kepolisian, Polisi Memerlukan Dukungan dan Kerja Sama dengan Berbagai Pihak.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (ASH-SHAFF: 4)

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran… (ALMAIDAH: 2)

5. Kekuasaan dan kewenangan yang melekat dalam setiap jabatan adalah amanah dan bukan untuk kesenangan dan memuaskan syahwat keduniawian kita. Kalau kita mengabaikan rambu-rambu ini maka semua perbuatan yang kita semai akan kita tunai, dan tentu kita akan mendapatkan masalah:

Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman:24)


*)

1. Penulis Adalah Pamen Polri Polda Jabar, Ketua Koperasi Primkoppol Polwil Priangan, Pengasuh Acara Konsultasi Hukum Bianglala dan Bengkel Keluarga Dalam Perspektif Hukum di Radio Reks Garut, Dewan Redaksi Koran Patroli Indonesia, Konsultan Hukum pada Lajnah Bimbingan Hukum “Taufik dan Rekan”, dan Pembina Kamtibmas RW 14 Kelurahan Haurpanggung- Tarogong Kidul- Garut.

2. Makalah ini ditulis sebagai materi acuan khotbah Sholat Jumat di Masjid Cikajang Garut tgl 22 Februari 2008


2 Comments:

  1. Jasmina Computer said...
    Sampaikan hal yang terbaik walaupun cuma satu ayat dan membuat semua jadi lebih baik
    WINDI'S BLOGSPOT said...
    maksud diskrisioner kepolisian apa yah?

Post a Comment



Designer: Douglas Bowman | Dimodifikasi oleh Abdul Munir Original Posting Rounders 3 Column